Kurikulum Merdeka, sebagai sebuah angin segar dalam pendidikan Indonesia, membawa transformasi dalam berbagai aspek, termasuk penilaian pembelajaran. Salah satu inovasi penting dalam Kurikulum Merdeka adalah Implementasi tes diagnostik.
Tes diagnostik dirancang untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan kesenjangan pengetahuan peserta didik secara menyeluruh. Informasi ini kemudian digunakan untuk menyesuaikan pembelajaran agar lebih berpusat pada kebutuhan dan tingkat kemampuan individu.
Memahami Konsep Dasar Tes Diagnostik
Tes diagnostik bukanlah tes biasa. Berbeda dengan tes formatif atau sumatif yang hanya mengukur pencapaian di akhir periode belajar, tes diagnostik dilakukan di awal pembelajaran.
Tujuan utama tes diagnostik adalah untuk memetakan kemampuan awal peserta didik, sehingga guru dapat:
- Menentukan strategi pembelajaran yang tepat: Guru dapat memilih metode, materi, dan kegiatan belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan belajar peserta didik.
- Memberikan intervensi yang terarah: Guru dapat mengidentifikasi peserta didik yang membutuhkan bantuan tambahan dan memberikan intervensi yang tepat sasaran.
- Meningkatkan motivasi belajar: Peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka merasa bahwa pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka.
Bentuk dan Implementasi Tes Diagnostik
Tes diagnostik dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti:
- Tes tertulis: Tes ini dapat berupa pilihan ganda, isian singkat, atau esai.
- Tes praktik: Tes ini dapat berupa demonstrasi keterampilan, proyek, atau eksperimen.
- Observasi: Guru dapat mengamati perilaku dan interaksi peserta didik di kelas.
- Diskusi: Guru dapat mengadakan diskusi dengan peserta didik untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
Halaman Selanjutnya