Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi mengungkapkan beberapa alasan penghapusan penjurusan di jenjang SMA, meski hal ini menuai pro dan kontra.
Menurut Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, penghapusan jurusan ini merupakan bagian dari penerapan Kurikulum Merdeka, yang dimulai secara bertahap sejak tahun 2021.
Kurikulum merdeka yang secara resmi menjadi kurikulum nasional mulai tahun 2024/2025 yang mana setiap satuan pendidikan telah secara bertahap menerapkan kurikulum merdeka. Hampir 90% di tahun ini semua satuan pendidikan telah menerapkan kurikulum merdeka.
Dan masih diberikan waktu untuk menerapkan kurikulum merdeka sebagai kurikulum nasional hingga tahun ajaran 2026/2027 bagi satuan pendidikan yang belum memulai menerapkannya.
Dikutip dari nasional.tempo.co, “Peniadaan jurusan karena sekolah sudah menggunakan Kurikulum Merdeka,” kata Anindito pada Rabu 17 Juli 2024.
Untuk tahu apa saja alasannya, simak artikel ini hingga selesai.
Kemendikbud Ristek resmi menghapus penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA mulai tahun ajaran 2024/2025. Kebijakan ini merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan belajar bagi siswa dan mendorong mereka untuk mengembangkan minat dan bakat mereka secara lebih menyeluruh.
Alasan Penghapusan Penjurusan di Jenjang SMA
1. Membatasi Potensi Siswa
Khawatir dengan sistem penjurusan adalah bahwa mereka membatasi potensi siswa karena mereka terbatas pada satu bidang studi dan tidak memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi bidang lain.
Contohnya, siswa IPS mungkin tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari seni dan budaya, serta untuk mempelajari teknologi dan sains secara menyeluruh.
Contoh lainnya siswa jurusan IPA yang ternyata justru memiliki ketertarikan serta passion terhadap karya sastra, menjadi terhalang karena penjurusan ini.
Hal ini dapat menghentikan bakat dan minat siswa untuk berkembang, dan juga dapat membatasi pilihan mereka di masa depan.
2. Stigma dan Stereotipe
Penjurusan sering dikaitkan dengan stigma dan stereotip, seperti bahwa jurusan IPS atau IPA lebih sulit dan lebih bergengsi. Stigma dan stereotip ini juga dapat menyebabkan perundungan, diskriminasi, dan kurangnya kepercayaan diri siswa.
Selain itu, stereotip ini dapat menyebabkan kesalahpahaman yang lebih besar tentang potensi dan kemampuan siswa.
Halaman selanjutnya