BeritaPelatihan

Macam Model Pengelolaan Kelas

YUK IKUT WEBINAR NASIONAL BERSERTIFIKAT 4JP GRATIS dengan judul “Membuat Modul Pembelajaran Interaktif dengan Canva” Pelaksanaan 12 Agustus 2024, Pukul 19.30 WIB. Berikut Link Pendaftaran https://bit.ly/Regis-Agustus12 , Link Grup kegiatan: https://linktr.ee/infocanvaclass Mau Dibantu Daftar?
Admin : @Ratna_AdminCanva atau 0877-5112-1009 (Admin Canva WA/Telegram)

Pada saat yang sama, peran guru dalam mengelola kelas juga signifikan. Guru diharapkan mampu memberikan alasan rasional untuk menerima perilaku siswa. Model ini diperkenalkan oleh Kounin dan Dreikurs.

Kounin (1970) menyatakan bahwa guru yang sukses dalam mencegah perilaku menyimpang siswa lebih penting daripada hanya menanganinya saat terjadi. Terdapat tiga cara yang dapat digunakan guru untuk mempertahankan fokus siswa dalam pembelajaran:

  • Mengembangkan cara yang membuat siswa bertanggung jawab, seperti pemberian tugas individual, presentasi, produk, dan uji kompetensi.
  • Menggunakan kelompok.
  • Memformat kelas atau materi pelajaran yang minim kebosanan.

3. Model Behavioristik

Behavioristik adalah aliran psikologi yang memandang individu dari sisi fenomena jasmaniah, mengabaikan aspek mental. Behaviorisme tidak mengakui kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku, seseorang akan dianggap sudah belajar jika mampu menunjukkan perubahan perilaku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya stimulus (masukan) dan respons (keluaran), sedangkan proses di antara keduanya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati dan diukur.

Model behavioristik dalam pengelolaan kelas menekankan peran vital guru dan arahan atau instruksi dari guru. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa perilaku menyimpang adalah hasil dari kegagalan mempelajari perilaku yang diinginkan.

Model ini menganjurkan penerapan konsekuensi perilaku untuk meminimalkan masalah di kelas, serta menggunakan perilaku untuk mengoreksi perilaku menyimpang yang diulang. Model ini berasal dari teori operant conditioning Skinner dan model asertif Canter.

Penekanan model behavioristik adalah pada modifikasi perilaku sebagai aspek korektif. Jika ada perilaku menyimpang, perlu dilakukan koreksi untuk mengubah atau meminimalkannya.

Model ini dijalankan secara berstandar dan kaku, jika para siswa melakukan kesalahan misalnya saja seperti berbicara keras atau berlari-lari, maka mereka akan diberi hukuman dengan pengurangan poin. Penggunaan reinforcement (penguatan) juga lebih diberikan untuk mengontrol perilaku menyimpang siswa.

4. Model Konstruktivis

Teori belajar konstruktivistik memahami belajar sebagai proses konstruksi pengetahuan oleh siswa itu sendiri. Pengetahuan ada dalam diri seseorang, dan siswa dihadapkan pada lingkungan belajar yang bebas.

Konstruktivistik menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, dengan pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Pengetahuan akan dianggap benar jika bermanfaat untuk menghadapi dan memecahkan fenomena atau persoalan yang sesuai.

Pengetahuan tidak bisa ditransfer secara begitu saja, namun harus terlebih dahulu diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu.

Model ini berasal dari konsep Deporter (2000) tentang mengorkestrasi lingkungan yang mendukung. Sebagai bagian dari aliran konstruktivis, model ini lebih berpihak pada pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, seperti pada model humanistik dan demokratis.

Degeng (2000) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis konstruktivisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Pengetahuan merupakan non-objektif, sementara, selalu berubah, dan tidak menentu.
  • Belajar merupakan penyusunan pengetahuan dari pengalaman yang konkret, aktivitas kolaboratif, interpretasi dan refleksi.
  • Mengajar adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi untuk menggali makna dan menghargai ketidakmenentuan.
  • Pikiran berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, objek, atau perspektif dalam dunia nyata sehingga muncul makna yang unik dan individual.
  • Siswa dapat mempunyai pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang sedang dipelajari.
  • Semua sesuatu bersifat berubah, sementara, dan tidak menentu.
  • Ketidakteraturan.
  • Siswa dihadapkan pada lingkungan belajar yang bebas.
  • Kebebasan merupakan unsur esensial.
  • Kontrol belajar dipegang oleh siswa.
  • Tujuan pembelajaran menekankan penciptaan pemahaman, yang menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata.
  • Penyajian isi menekankan penggunaan pengetahuan secara bermakna, mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian (deduktif).
  • Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk melayani pertanyaan atau pandangan siswa.

Itu tadi informasi yang dapat diberikan terkait dengan macam model pengelolaan kelas yang dapat dijadikan refrensi untuk membuat kelas yang lebih optimal.

Tingkatkan Literasi, Info Pendidikan dan Diklat Bersertifikat 32JP gratis melalui Channel telegram “Info Diklat Gratis” link berikut      https://t.me/infofreediklat32JP

Info Honorer,Tunjangan dan Sertifikasi melalui Channel telegram “Portal Berita Guru link berikut      https://t.me/PortalBeritaGuru

Shares: