Penerapan Kurikulum Merdeka memberi guru dan kepala sekolah lebih banyak peluang untuk berkreasi dalam mengembangkan alat supervisi.
Selain itu, hasil supervisi dapat dimanfaatkan sebagai materi konstruktif untuk mendukung pembelajaran yang berfokus pada siswa, mengarah pada pencapaian profil pelajar Pancasila.
Supervisi akademik dalam kurikulum merdeka menekankan pada pola pikir coaching. Terdapat tiga kompetensi inti yang perlu dipahami, diterapkan, dan dilatih secara berkelanjutan saat melakukan percakapan coaching, yaitu:
1. Kehadiran Penuh
2. Mendengarkan Aktif
3. Mengajukan Pertanyaan Bermakna
Percakapan berbasis coaching ini menjadi pedoman interaksi antara Pemimpin Pembelajaran dan Kepala Sekolah (sebagai coach) dan Rekan Sejawat (sebagai coachee).
Kemampuan dari seorang coach dalam mengarahkan jalan dan tujuannya percakapan sesuai dengan kebutuhan coachee bisa menggunakan panduan interaksi seperti berikut ini (Costa dan Garmston, 2016), yaitu alur TIRTA.
TIRTA dikembangkan dari model coaching yang terkenal dan banyak digunakan, yaitu model GROW. GROW adalah singkatan dari Goal, Reality, Options, dan Will.
1. Pada tahap Goal (Tujuan): coach perlu memahami tujuan yang ingin dicapai oleh coachee dari sesi coaching ini.
2. Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang sedang dialami oleh coachee.
3. Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rencana aksi.
4. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat dan melaksanakan rencana aksi.
Itu tadi informasi yang dapat diberikan mengenai pendekatan supervisi akademik dalam pembelajaran K.13 dan Kurikulum Merdeka
Tingkatkan Literasi, Info Pendidikan dan Diklat Bersertifikat 32JP gratis melalui Channel telegram “Info Diklat Gratis” link berikut https://t.me/infofreediklat32JP
Info Honorer,Tunjangan dan Sertifikasi melalui Channel telegram “Portal Berita Guru link berikut https://t.me/PortalBeritaGuru
